Isu korupsi saat ini di Indonesia memang sangat ironis dan
kronis. Sebab dengan perilaku korupsi inilah yang telah menghambat pembangunan
di Indonesia. Walaupun pendapatan negara besar namun uang negara tersebut tidak
mencapai sasaran karena para tikut-tikus (baca: koruptor-koruptor)
menghabisinya ditengah jalan. Uang yang sampai kepada rakyat atau pembangunan
yang sampai kepada rakyat hanyalah sebagian kecil saja dari anggaran negara yang
seharusnya digunakan untuk membangun masyarakat yang sejahtera itu. Dana pembangunan
yang seharusnya diperuntukkan untuk kebaikan masyarakat diselewengkan oleh
orang-orang tertentu untuk kepentingan pribadinya.
Inti dari korupsi adalah uang rakyat dicuri dan digunakan untuk kepentingan pribadi, keluarga atau kelompoknya. Walaupun isu korupsi sepertinya baru muncul dalam dua decade teakhir ini, sebenarnya perilaku ini sudah sering terjadi di masa lalu. Hanya saja waktu itu belum ada lembaga yang secara khusus menjerat para koruptor ini. Ini berarti bahwa korupsi sebenarnya sudah terjadi selama puluhan tahun yang lalu namun belum ada yang mengungkapkannya dan belum dijadikan sebagai sebuah isu bersama.
Tidak mudah untuk mencari akar masalah dari semua
persoalan ini. Mengapa para pejabat dan wakil rakyat itu korupsi dan celakanya
korupsi ini berlangsung dalam sebuah level dari yang tertinggi sampai level
terendah. Bedanya mungkin jumlah uang yang mereka korupsi yang berbeda.
Orang-orang yang berada pada level jabatan tertinggi pasti memiliki korupsi
uang negara dalam jumlah yang lebih besar. Korupsi ini tidak hanya terjadi
dalam ruang lingkup pejabat di pusat tetapi juga di daerah-daerah dan hampir
terjadi di semua lembaga.
Mengapa mereka korupsi dan tidak menjaga kehormatan
dirinya? Persoalan pertama adalah rakus dan bermental pencuri. Inilah persoalan
utama terjadinya korupsi. Orang yang rakus dan bermental pencuri pasti akan
selalu berusaha untuk mencari celah untuk mencari keuntungan dalam semua
keadaan. Mereka yang rakus dan bermental pencuri ini tidak memiliki visi yang
besar kepada kepada negara atau pekerjaannya. Tindakan korupsi yang mereka
lakukan menunjukkan bahwa sebenarnya mereka sama sekali tidak tulus dalam pengabdiannya. Mereka justru dipenuhi rasa haus
dan lapar dan tidak pernah puas dengan gaji rutin yang diterimanya setiap
bulan. Mereka berusaha untuk mendapatkan uang lebih daripada hanya sekadar gaji
yang diterimanya. Mengkorupsikan uang negara dijadikan sebagai lahan untuk
mengumpulkan harta. Lihat saja, korupsi itu terjadi dimana-dimana. Bahkan
lembaga yang dianggap suci seperti lembaga agama atau agamawan tak jarang juga
dihinggapi mental yang buruk ini, seperti kita saksikan banyak juga yang masuk
penjara.
Kecenderungan untuk memiliki lebih benda-benda atau
keinginan-keinganan nafsu menjadi dasar terjadinya korupsi. Keinginan untuk
kaya mendadak, keinginan untuk dihormati, keinginan untuk memiliki banyak
istri, keinginan untuk pension kaya, keinginan untuk mewariskan kekayaan bagi
anak cucu, dan tekanan gaya hidup yang materialistik dan sudah tidak lagi
sederhana.
Pertanyaannya apa mereka dilahirkan dalam kondisi
mental rakus dan pencuri. Tidak! Para manusia ini dibentuk oleh masyarakat
dimana nilai-nilai kehidupan mereka dibentuk. Selanjutnya didukung dengan
kesempatan untuk melakukan korupsi di tempat kerja karena adanya peluang dan
juga kurangnya pengawasan. Ketika seseorang memasuki sebuah sistem maka
seseorang akan menentukan sikapnya, apakah tetap jujur atau rela mengkhianati
hati nuraninya dan melakukan kecurangan dengan korupsi. Bahkan korupsi ini dapat
juga didorong oleh lingkungan tempat kerja dimana korupsi dianggap sebagai hal
yang wajar.
Selain itu, hilangnya rasa malu dan kurangnya
tekanan masyarakat juga penyebab merajalelanya perilaku korupsi. Lihatlah para
koruptor itu, tidak pernah malu. Malah ada yang bangga dengan tindakannya. Kita
coba lihat ekspresi para koruptor ketika ditangkap, mereka dengan rileksnya
tersenyum dan tidak malu. Bahkan ada yang keluar masuk penjara dan tetap
tersenyum saat muncul televisi. Kondisi ini sangat memprihatinkan, bukan?
Masyarakat kurang memberikan tekanan yang besar
kepada para koruptor ini. Masyarakat kita terlalu mentolerir perilaku buruk
ini. Kita perlu mengingat bahwa mereka yang bekerja dalam institusi
pemerintahan itu mewakili nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat yang dengan
tidak begitu ditekan sebagai perilaku buruk yang harus dimusnahkan dari muka
bumi ini. Walaupun saya menghargai kehidupan, saya cenderung berpikir bahwa
hukuman mati seharusnya pantas untuk para koruptor. Namun karena sistem hukum
dan perilaku penegak hukum yang mungkin bias, tidak tegas dan kurang adil, maka
hukuman seumur hidup lebih tepat untuk mereka, supaya mencegah terjadinya
kesalahan dalam proses memutuskan perkara dalam sebuah pengadilan.
Dapat dipastikan bahwa rasa malu para kandidat
koruptor atau pelaku korupsi ini bisa dikatakan sudah sangat berkurang bahkan
mungkin tidak ada. Mereka telah menjual hati nuraninya kepada Iblis dan
kesenangan sesaat. Apa yang sedang terjadi dengan manusia-manusia seperti ini?
Padahal ada orang-orang kecil yang terpaksa mencuri karena lapar dan akhirnya
mereka dihukum masuk penjara. Namun ada para pejabat yang mencuri uang negara
karena adanya kesempatan dan mereka masih bebas dan belum dihukum. Fenomena
korupsi ini harus dilihat sebagai kejahatan yang besar karena dampaknya sangat
besar dan luas. Sekecil apapun uang negara yang dikorupsi akan menimbulkan
banyak masalah-masalah yang lebih besar dalam masyarakat. Jadi para koruptor
memang harus dimiskinkan dan para pejabat baru perlu dibekali dengan
nilai-nilai baru.
Lalu, darimana seharusnya memulai untuk memerangi
korupsi ini? Mengingat korupsi ini masalah yang sangat kompleks maka dibutuhkan
solusi yang lebih besar untuk mengatasinya. Ada yang mengatakan bahwa system
hukum harus dibenahi. Namun hukum ini juga tidak akan berjalan kalau tidak ada
yang menjalankannya (pelaku hukum). Ditangan para pelaku hukum ini juga
terletak masa depan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi. Selanjutnya
pendidikan anti korupsi perlu dikembangkan dirumah dan disekolah. Sikap jujur
itu memang perlu dilatih dan dibiasakan. Hal apa yang membuat seseorang tetap
jujur dan mempertahankan integritasnya? Hal ini saja tentu saja ini bersumber
dari nilai-nilai kehidupan yang diajarkan dalam agama.
Bagaimana lembaga-lembaga agama ini sudah berfungsi dengan maksimal untuk membina orang-orang beragama. Negara yang dianggap sangat beragama ini justru ditemukan banyak sekali perilaku korupsi. Padahal mereka yang korupsi adalah orang-orang yang beragama dan rajin beribadah. Mengapa nilai-nilai kejujuran tidak terinternalisasi dengan baik dan mengapa kecurangan yang justru terus berkembang. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi lembaga agama untuk membenahi cara membina umatnya.
Bagaimana lembaga-lembaga agama ini sudah berfungsi dengan maksimal untuk membina orang-orang beragama. Negara yang dianggap sangat beragama ini justru ditemukan banyak sekali perilaku korupsi. Padahal mereka yang korupsi adalah orang-orang yang beragama dan rajin beribadah. Mengapa nilai-nilai kejujuran tidak terinternalisasi dengan baik dan mengapa kecurangan yang justru terus berkembang. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi lembaga agama untuk membenahi cara membina umatnya.
Selanjutnya fungsi pendidikan sekolah dalam
membentuk perilaku jujur. Hal ini sangat kritikal karena sekolah adalah tempat
menyemai dan membentuk manusia-manusia yang akan berperan dalam tugas
kepublikan. Disekolah ini manusia dibentuk. Mengingat para koruptor selama ini
adalah orang-orang berpendidikan tinggi yang termasuk dalam kelompok
intelektual masyarakat justru menjadi pelaku korupsi. Hal ini tentu saja dapat
menjadi kegagalan dunia pendidikan dalam membentuk insan yang jujur dan
memiliki integritas. Dengan demikian pendidikan yang dikembangkan di sekolah
haruslah pendidikan yang menanankan sikap dan perilaku jujur. Misalnya tidak
boleh mencontek di sekolah atau menghargai setiap perilaku jujur disekolah
Lebih utama lagi, rumah adalah tempat utama membangun
nilai kehidupan. Membangun kejujuran dari dalam rumah adalah landasan utama
dari system nilai yang membentuk pribadi seseorang dalam masyarakat.
Nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan, dan kebaikan dan rela berkorban menjadi
nilai-nilai yang sangat penting ditanamkan agar manusia tidak jatuh dalam
tindakan korupsi di kemudian hari. Dengan demikian, keterlibatan berbagai
institusi sangat dibutuhkan untuk menurunkan angka korupsi dalam masyarakat.
Written By: Notatema Gea
Written By: Notatema Gea
No comments:
Post a Comment