Wednesday, January 30, 2019

Mengapa korupsi terjadi?

Mungkin suatu hari nanti penjara di Indonesia akan dipenuhi oleh para koruptor! Kita memperhatikan begitu banyak tersangka baru ditangkap. Berita-berita mengenai tindakan korup menjadi begitu biasa kita dengar. Kita menyaksikan setiap hari ada saja penambahan jumlah koruptor. Status mereka pun bermacam-macam: ada yang ditangkap tangan; ada yang sedang diadili; ada pula yang sedang menjalani hukuman; dan ada juga yang sudah bebas. Anehnya, perilaku korupsi ini kok bisa tidak pernah dapat dihentikan dan ada kecenderungan semakin meningkat. Lebih aneh lagi mereka yang terlibat dalam kasus korupsi ini kebanyakan bukanlah dari kalangan masyarakat biasa, tetapi mereka adalah kelompok-kelompok elit yang terdidik dan memiliki jabatan publik. Mereka sebagian berasal dari wakil rakyat, aparatur pemerintah, dan sebagian penegak hukum dan tidak jarang juga dari kalangan pengusaha.

Isu korupsi saat ini di Indonesia memang sangat ironis dan kronis. Sebab dengan perilaku korupsi inilah yang telah menghambat pembangunan di Indonesia. Walaupun pendapatan negara besar namun uang negara tersebut tidak mencapai sasaran karena para tikut-tikus (baca: koruptor-koruptor) menghabisinya ditengah jalan. Uang yang sampai kepada rakyat atau pembangunan yang sampai kepada rakyat hanyalah sebagian kecil saja dari anggaran negara yang seharusnya digunakan untuk membangun masyarakat yang sejahtera itu. Dana pembangunan yang seharusnya diperuntukkan untuk kebaikan masyarakat diselewengkan oleh orang-orang tertentu untuk kepentingan pribadinya.

Inti dari korupsi adalah uang rakyat dicuri dan digunakan untuk kepentingan pribadi, keluarga atau kelompoknya. Walaupun isu korupsi sepertinya baru muncul dalam dua decade teakhir ini, sebenarnya perilaku ini sudah sering terjadi di masa lalu. Hanya saja waktu itu belum ada lembaga yang secara khusus menjerat para koruptor ini. Ini berarti bahwa korupsi sebenarnya sudah terjadi selama puluhan tahun yang lalu namun belum ada yang mengungkapkannya dan belum dijadikan sebagai sebuah isu bersama.

Tidak mudah untuk mencari akar masalah dari semua persoalan ini. Mengapa para pejabat dan wakil rakyat itu korupsi dan celakanya korupsi ini berlangsung dalam sebuah level dari yang tertinggi sampai level terendah. Bedanya mungkin jumlah uang yang mereka korupsi yang berbeda. Orang-orang yang berada pada level jabatan tertinggi pasti memiliki korupsi uang negara dalam jumlah yang lebih besar. Korupsi ini tidak hanya terjadi dalam ruang lingkup pejabat di pusat tetapi juga di daerah-daerah dan hampir terjadi di semua lembaga.

Mengapa mereka korupsi dan tidak menjaga kehormatan dirinya? Persoalan pertama adalah rakus dan bermental pencuri. Inilah persoalan utama terjadinya korupsi. Orang yang rakus dan bermental pencuri pasti akan selalu berusaha untuk mencari celah untuk mencari keuntungan dalam semua keadaan. Mereka yang rakus dan bermental pencuri ini tidak memiliki visi yang besar kepada kepada negara atau pekerjaannya. Tindakan korupsi yang mereka lakukan menunjukkan bahwa sebenarnya mereka sama sekali tidak tulus dalam pengabdiannya. Mereka justru dipenuhi rasa haus dan lapar dan tidak pernah puas dengan gaji rutin yang diterimanya setiap bulan. Mereka berusaha untuk mendapatkan uang lebih daripada hanya sekadar gaji yang diterimanya. Mengkorupsikan uang negara dijadikan sebagai lahan untuk mengumpulkan harta. Lihat saja, korupsi itu terjadi dimana-dimana. Bahkan lembaga yang dianggap suci seperti lembaga agama atau agamawan tak jarang juga dihinggapi mental yang buruk ini, seperti kita saksikan banyak juga yang masuk penjara. 

Kecenderungan untuk memiliki lebih benda-benda atau keinginan-keinganan nafsu menjadi dasar terjadinya korupsi. Keinginan untuk kaya mendadak, keinginan untuk dihormati, keinginan untuk memiliki banyak istri, keinginan untuk pension kaya, keinginan untuk mewariskan kekayaan bagi anak cucu, dan tekanan gaya hidup yang materialistik dan sudah tidak lagi sederhana.

Pertanyaannya apa mereka dilahirkan dalam kondisi mental rakus dan pencuri. Tidak! Para manusia ini dibentuk oleh masyarakat dimana nilai-nilai kehidupan mereka dibentuk. Selanjutnya didukung dengan kesempatan untuk melakukan korupsi di tempat kerja karena adanya peluang dan juga kurangnya pengawasan. Ketika seseorang memasuki sebuah sistem maka seseorang akan menentukan sikapnya, apakah tetap jujur atau rela mengkhianati hati nuraninya dan melakukan kecurangan dengan korupsi. Bahkan korupsi ini dapat juga didorong oleh lingkungan tempat kerja dimana korupsi dianggap sebagai hal yang wajar.

Selain itu, hilangnya rasa malu dan kurangnya tekanan masyarakat juga penyebab merajalelanya perilaku korupsi. Lihatlah para koruptor itu, tidak pernah malu. Malah ada yang bangga dengan tindakannya. Kita coba lihat ekspresi para koruptor ketika ditangkap, mereka dengan rileksnya tersenyum dan tidak malu. Bahkan ada yang keluar masuk penjara dan tetap tersenyum saat muncul televisi. Kondisi ini sangat memprihatinkan, bukan?

Masyarakat kurang memberikan tekanan yang besar kepada para koruptor ini. Masyarakat kita terlalu mentolerir perilaku buruk ini. Kita perlu mengingat bahwa mereka yang bekerja dalam institusi pemerintahan itu mewakili nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat yang dengan tidak begitu ditekan sebagai perilaku buruk yang harus dimusnahkan dari muka bumi ini. Walaupun saya menghargai kehidupan, saya cenderung berpikir bahwa hukuman mati seharusnya pantas untuk para koruptor. Namun karena sistem hukum dan perilaku penegak hukum yang mungkin bias, tidak tegas dan kurang adil, maka hukuman seumur hidup lebih tepat untuk mereka, supaya mencegah terjadinya kesalahan dalam proses memutuskan perkara dalam sebuah pengadilan.

Dapat dipastikan bahwa rasa malu para kandidat koruptor atau pelaku korupsi ini bisa dikatakan sudah sangat berkurang bahkan mungkin tidak ada. Mereka telah menjual hati nuraninya kepada Iblis dan kesenangan sesaat. Apa yang sedang terjadi dengan manusia-manusia seperti ini? Padahal ada orang-orang kecil yang terpaksa mencuri karena lapar dan akhirnya mereka dihukum masuk penjara. Namun ada para pejabat yang mencuri uang negara karena adanya kesempatan dan mereka masih bebas dan belum dihukum. Fenomena korupsi ini harus dilihat sebagai kejahatan yang besar karena dampaknya sangat besar dan luas. Sekecil apapun uang negara yang dikorupsi akan menimbulkan banyak masalah-masalah yang lebih besar dalam masyarakat. Jadi para koruptor memang harus dimiskinkan dan para pejabat baru perlu dibekali dengan nilai-nilai baru.

Lalu, darimana seharusnya memulai untuk memerangi korupsi ini? Mengingat korupsi ini masalah yang sangat kompleks maka dibutuhkan solusi yang lebih besar untuk mengatasinya. Ada yang mengatakan bahwa system hukum harus dibenahi. Namun hukum ini juga tidak akan berjalan kalau tidak ada yang menjalankannya (pelaku hukum). Ditangan para pelaku hukum ini juga terletak masa depan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi. Selanjutnya pendidikan anti korupsi perlu dikembangkan dirumah dan disekolah. Sikap jujur itu memang perlu dilatih dan dibiasakan. Hal apa yang membuat seseorang tetap jujur dan mempertahankan integritasnya? Hal ini saja tentu saja ini bersumber dari nilai-nilai kehidupan yang diajarkan dalam agama. 

Bagaimana lembaga-lembaga agama ini sudah berfungsi dengan maksimal untuk membina orang-orang beragama. Negara yang dianggap sangat beragama ini justru ditemukan banyak sekali perilaku korupsi. Padahal mereka yang korupsi adalah orang-orang yang beragama dan rajin beribadah. Mengapa nilai-nilai kejujuran tidak terinternalisasi dengan baik dan mengapa kecurangan yang justru terus berkembang. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi lembaga agama untuk membenahi cara membina umatnya.

Selanjutnya fungsi pendidikan sekolah dalam membentuk perilaku jujur. Hal ini sangat kritikal karena sekolah adalah tempat menyemai dan membentuk manusia-manusia yang akan berperan dalam tugas kepublikan. Disekolah ini manusia dibentuk. Mengingat para koruptor selama ini adalah orang-orang berpendidikan tinggi yang termasuk dalam kelompok intelektual masyarakat justru menjadi pelaku korupsi. Hal ini tentu saja dapat menjadi kegagalan dunia pendidikan dalam membentuk insan yang jujur dan memiliki integritas. Dengan demikian pendidikan yang dikembangkan di sekolah haruslah pendidikan yang menanankan sikap dan perilaku jujur. Misalnya tidak boleh mencontek di sekolah atau menghargai setiap perilaku jujur disekolah

Lebih utama lagi, rumah adalah tempat utama membangun nilai kehidupan. Membangun kejujuran dari dalam rumah adalah landasan utama dari system nilai yang membentuk pribadi seseorang dalam masyarakat. Nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan, dan kebaikan dan rela berkorban menjadi nilai-nilai yang sangat penting ditanamkan agar manusia tidak jatuh dalam tindakan korupsi di kemudian hari. Dengan demikian, keterlibatan berbagai institusi sangat dibutuhkan untuk menurunkan angka korupsi dalam masyarakat.

Written By: Notatema Gea


Ke mana arah politik kita?

Dalam tiga atau empat tahun terakhir ini, kita sedang mengalami goncangan yang besar sebagai sebuah bangsa. Keutuhan kita sebagai bangsa ...